Oleh : Shenna Aprilya Zahra )*
Indonesia, sebagai panggung demokrasi yang aktif, mendapati dirinya terhempas oleh gelombang kontroversi terkait temuan transaksi keuangan yang mencurigakan menjelang Pemilihan Umum 2024. PPATK (Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan), lembaga yang bertugas memerangi tindak pidana keuangan, mendobrak pintu kekhawatiran dengan mengemukakan dugaan transaksi janggal yang diduga terkait dengan dana kampanye.
Respons dari lembaga penegak hukum dan pemerintah memunculkan serangkaian pertanyaan dan kekhawatiran terkait integritas demokrasi dan transparansi dalam proses pemilihan umum.
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) awalnya menyampaikan bahwa mereka belum menerima Laporan Hasil Analisis (LHA) dari PPATK, tetapi dengan cepat menegaskan kesiapannya untuk bertindak segera setelah mendapatkan laporan tersebut.
Wakil Ketua KPK, Nurul Ghufron, menyoroti peran penting PPATK sebagai instansi yang mampu mendeteksi indikasi korupsi melalui analisis transaksi keuangan. Ghufron menegaskan bahwa PPATK akan mengirimkan hasil analisis transaksi mencurigakan ke KPK jika ada dugaan terkait korupsi, dan KPK akan memulai proses hukum berdasarkan LHA tersebut.
Dalam konteks temuan yang diumumkan, Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana, mengungkapkan bukti transaksi mencurigakan terkait Pemilu dalam skala yang menggemparkan, mencapai triliunan Rupiah. Ivan menjelaskan bahwa temuan ini bersumber dari laporan yang diterima PPATK sejak Januari 2023.
Resonansi yang signifikan dari temuan ini mencuatkan respons dari berbagai pihak, termasuk Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud Md. Mahfud meminta Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu), Komisi Pemilihan Umum (KPU), dan KPK untuk melakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap transaksi janggal ratusan miliar yang diduga digunakan untuk mendanai kampanye Pemilu 2024.
Dalam kunjungan di Padang, Sumatera Barat, Mahfud menyatakan bahwa Bawaslu harus melakukan penyelidikan dan mengungkapkan temuan tersebut kepada publik. Selain itu, Mahfud meminta KPK untuk tidak tinggal diam terkait temuan tersebut dan segera memeriksanya.
Pertanyaan yang muncul adalah sejauh mana keterlibatan lembaga-lembaga tersebut akan membawa kita mendekati keadilan dan integritas dalam proses Pemilu 2024. Mahfud MD menegaskan bahwa aparat penegak hukum, termasuk Kejaksaan Agung, KPK, dan Polri, memiliki kewajiban untuk menyelidiki temuan PPATK terkait transaksi janggal peserta Pemilu 2024.
Dia menekankan bahwa PPATK adalah lembaga kredibel yang mampu menganalisis dan melaporkan transaksi mencurigakan, dan jika terkait dengan pencucian uang, itu bisa menjadi kasus serius yang perlu diusut tuntas.
Penting untuk melihat bagaimana seluruh perangkat penegak hukum akan bersinergi dan bekerja sama dalam menangani temuan ini. Dengan begitu banyak lembaga yang terlibat, koordinasi yang efektif dan pembagian tugas yang jelas akan menjadi kunci kesuksesan dalam menjaga keadilan dan transparansi.
Kejaksaan Agung, KPK, dan Polri perlu saling berkoordinasi dengan PPATK, memastikan bahwa setiap langkah yang diambil selaras dan mengarah pada pengungkapan kebenaran.
Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, menyampaikan bahwa aparat penegak hukum harus memeriksa temuan PPATK secara menyeluruh. Pernyataan ini mencerminkan urgensi untuk mengatasi masalah ini dengan serius dan mendalam. Apabila terbukti bahwa temuan tersebut terkait dengan tindak pidana pencucian uang, itu dapat menjadi tantangan serius yang menguji keberlanjutan dan kepercayaan masyarakat terhadap sistem demokrasi.
Tidak hanya itu, Kepala PPATK, Ivan Yustiavandana, menyoroti kenaikan transaksi mencurigakan terkait kampanye peserta Pemilu 2024 mencapai 100 persen. Ivan menjelaskan bahwa PPATK telah memantau kenaikan transaksi sejak Januari dan telah mengirim surat kepada KPU dan Bawaslu mengenai kenaikan transaksi mencurigakan tersebut.
Ini menggambarkan tindakan proaktif PPATK untuk memberikan informasi kepada pihak yang berwenang, namun, sejauh mana informasi tersebut akan direspons oleh lembaga terkait menjadi kunci dalam membawa temuan ini menuju arah yang produktif.
Di tengah krisis ini, perlu adanya kepedulian bersama dan aksi konkret untuk mengamankan proses demokrasi. Oleh karena itu, Bawaslu, KPU, dan KPK harus mengambil peran yang lebih proaktif dalam mengusut dan mengungkap transaksi janggal tersebut. Pemeriksaan yang cermat dan teliti dari pihak-pihak ini akan membantu mengidentifikasi pelanggaran hukum dan membawa para pelaku keadilan.
Demokrasi tidak hanya merupakan tanggung jawab pemerintah dan lembaga-lembaga terkait, tetapi juga menjadi domain masyarakat sipil. Masyarakat sipil memiliki peran yang signifikan dalam mengawasi dan melaporkan potensi pelanggaran serta menekan agar lembaga-lembaga terkait bertindak. Melibatkan masyarakat sipil dalam proses pemantauan dan pengawasan dapat membawa dampak positif dalam menjaga keadilan dan transparansi.
Kita dihadapkan pada tantangan besar untuk memastikan integritas dan transparansi dalam proses demokrasi kita. Temuan PPATK menjadi panggilan aksi bagi semua pihak terkait untuk menjaga kebersihan proses Pemilu 2024. Keterbukaan dan keadilan harus menjadi pilar utama dalam menghadapi ancaman terhadap proses demokrasi, dan hanya dengan bersatu, kita dapat mengatasi tantangan ini.
Dalam menghadapi situasi ini, langkah-langkah antisipatif perlu diterapkan seiring dengan kerja sama semua pihak terkait. Kita berharap bahwa proses hukum dapat berjalan dengan adil dan transparan untuk menjaga integritas demokrasi kita.
Mari bersama-sama menjaga kedaulatan suara rakyat dan memastikan bahwa Pemilu 2024 menjadi tonggak sejarah yang membawa Indonesia menuju kemajuan dan keadilan. Dengan mengambil langkah-langkah ini, kita dapat memastikan bahwa demokrasi kita tetap kuat, bersih, dan memberikan keadilan kepada semua warga negara.
)* Kontributor Ruang Baca Nusantara