Oleh : Miska Putri
Pendidikan memiliki peran kunci dalam mencegah pemahaman radikalisme pada generasi muda. Peran institusi pendidikan menjadi sangat krusial dalam pencegahan dan penyebaran paham radikalisme di kalangan anak usia sekolah. Dengan fokus pada pengembangan nilai-nilai toleransi, kerja sama, dan kritis berpikir, pendidikan dapat menjadi garda terdepan melawan pengaruh ideologi ekstrem.
Menjadi penerus dalam menjaga keutuhan bangsa Indonesia menjadi hal utama yang harus ditanamkan generasi muda. Kabid Humas Polda Sumbar, Kombes Pol Dwi Sulistyawan, S.I.K mengatakan Polda Sumatera Barat (Sumbar) dengan tekad kuat menjaga keamanan dan stabilitas provinsi dengan malaksanakan program-program pencegahan dan sosialisasi bahya paham radikalisme, terorisme dan intoleransi di berbagai tingkatan masyarakat, sekolah, dan lembaga pendidikan lainnya.
Pendidikan juga memiliki tanggung jawab untuk mengembangkan keterampilan berpikir kritis pada generasi muda. Dengan kemampuan ini, individu dapat menyaring informasi dengan bijak dan menganalisis argumen radikal yang mungkin mereka temui. Kurikulum yang mempromosikan kritis berpikir membantu menciptakan lingkungan di mana pemahaman radikalisme sulit tumbuh, karena setiap ideologi dievaluasi secara kritis.
Pemahanan agama yang tidak sempurna, kemiskinan, kesenjangan sosial, rasa putus asa, anti demokrasi, kurangnya edukasi merebaknya arus globalisasi menjadi salah satu faktor penyebab terpapar paham radikalisme dan terorisme. Kerja sama antar aparat keamanan dan pihak sekolah di harapkan dapat mencegah penyebaran ideologi radikal yang dapat merusak kesejahteraan dan keberagaman bangsa Indonesia.
Satgas II Preemtif Ops Madago Raya yang di Pimpin Langsung Oleh Kasatgas II AKBP Moh. Taufik,S.H mengatakan pihaknya diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam, kepada pelajar tentang bahaya radikalisme serta meningkatkan kewaspadaan terhadap upaya-upaya yang dapat merongrong persatuan dan kesatuan bangsa.
Satgas tersebut merupakan upaya aparat keamanan melakukan bimbingan pembinaan mental dan Rohani kepada generasi muda yang merupakan golongan yang rentan terpengaruh oleh paham radikal. Selain itu sangat penting menanamkan moral sebagai salah satu penguatan nilai-nilai norma yang ada di masyarakat. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah Binluh (Bimbingan dan Pembinaan Mental dan Rohani) serta tatap muka dengan para pelajar di SMKN I Kawua, Kecamatan Poso Kota Selatan, Kabupaten Poso.
Seperti yang dilakukan oleh Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) Palu juga tetap berupaya memberikan inovasi pembinaan yang bermutu kepada seluruh Anak Berhadapan dengan Hukum (ABH), Staff LPKA Kelas II Palu, Rizki Fandu mengatakan pihaknya memberikan pendidikan moral pada anak usia dini merupakan salah satu alternatif solusi penyelesaian untuk mengantisipasi kenakalan remaja.
Penting untuk memahami bahwa nilai-nilai toleransi menjadi dasar utama dalam mencegah pemahaman radikalisme.
Pendidikan harus menekankan pentingnya menghormati perbedaan, membangun pemahaman yang mendalam tentang keragaman, dan mempromosikan dialog antarbudaya. Melalui pembelajaran ini, generasi muda dapat memahami bahwa keberagaman bukanlah ancaman, melainkan kekayaan yang memperkuat masyarakat.
Penyebaran paham radikalisme terhadap ganerasi muda menjadi ancaman jelang Pemilu 2024, dimana sebagian besar pemilih berasal dari generasi muda. Perbedaan sudut pandang dan visi-misi menjadi salah satu faktornya, maka dari itu pentingnya penguatan ketahanan mental generasi muda terhadap propaganda radikal. Melibatkan pengembangan keterampilan pemikiran kritis, rasa percaya diri, dan kemampuan untuk menilai informasi secara objektif.
Hal ini juga disampaikan oleh Mantan Narapidana Terorisme asal Medan yang merupakan anggota kelompok Jamaah Islamiah mengatakan mendukung program pemerintah khususnya Polri dalam memberantas paham intoleransi, radikalisme dan terorisme serta meminta semua pihak yang terhubung dengan jaringan terorisme harus ditindak tanpa memandang latar belakang agar tercipta Kamtibmas.
Memberikan edukasi sekaligus pesan kepada generasi penerus bangsa bahwa praktik politik di Indonesia tetap menjunjung tinggi persatuan dan kebersamaan dalam bingkai persaudaraan yang kokoh. Itulah kunci untuk terus menjaga keberlangsungan hidup dan eksistensi Indonesia sebagai bangsa yang berdaulat.
Selain itu Universitas Surabaya (Ubaya) juga berupaya untuk berpartisipasi dalam mencegah paham radikalisme di kalangan mahasiswa dengan mengadakan seminar kebangsaan untuk para mahasiswa di Jawa Timur dalam rangka meningkatkan pemahaman dan kewaspadaan terhadap radikalisme, terorisme, dan konflik sosial pada momen Pemilu 2024.
Rektor Universitas Surabaya, Dr. Ir. Benny Lianto, MMBAT mengatakan yang perlu dihindari dalam dunia pendidikan yaitu intoleransi, perundungan, kekerasan seksual, dan radikalisme, dalam menangani hal ini institusi pendidikan perlu bekerja sama dengan aparat seperti Kodam Brawijaya agar manfaatnya dapat langsung dirasakan oleh mahasiswa.
Kontribusi dan dukungan elemen masyarakat seperti tokoh masyarakat dan tokoh agama untuk berperan aktif dalam pencegahan propaganda yang mengarah kepada disinformasi di tengah masyarakat serta peran generasi muda yang memiliki cukup pemahaman dapat membantu pemerintah dalam menjaga situasi dan menghindari paham radikalisme agar terciptanya Pemilu 2024 damai tanpa perpecahan di tengah masyarakat.
Dengan fokus pada pengembangan nilai-nilai toleransi, kritis berpikir, integrasi pembelajaran multikultural, dan melibatkan orang tua serta masyarakat, pendidikan dapat menjadi fondasi utama untuk menciptakan lingkungan yang menolak dan mencegah penyebaran pemahaman radikalisme. Pendidikan bukan hanya tentang transfer pengetahuan, tetapi juga pembentukan karakter dan nilai-nilai yang membawa perdamaian dan harmoni dalam masyarakat.
)* Mahasiswa Peneliti Universitas Semarang