Oleh : Joanna Alexandra Putri )*
Para tokoh agama dan aparat keamanan Republik Indonesia (RI) terus menjalin integrasi dan koordinasi satu sama lain. Hal tersebut jelas sangat diperlukan untuk mencegah tersebarnya paham radikalisme dan sikap intoleransi yang berujung pada tindak terorisme di Tanah Air sehingga memastikan keamanan dan ketertiban di tengah masyarakat (kamtibmas) berjalan dengan kondusif.
Adanya integrasi yang dilakukan oleh para tokoh agama dengan aparat keamanan tersebut merupakan sebuah langkah secara proaktif yang dijalin demi terus menjaga keamanan dan juga mampu membangun ketahanan masyarakat. Untuk itu, para pendeta di Kabupaten Poso mengikuti kegiatan peningkatan kemampuan dalam mendukung penuh Program Satuan Tugas (Satgas) II Preemtif Ops Madagoraya 2024 Tahap I.
Peningkatan kemampuan yang digelar tersebut memiliki tujuan utama untuk bisa menangkal paham radikalisme dan intoleransi, yang mana ketika kedua paham itu masih terus menyebar di tengah masyarakat jelas akan sangat mengancam kedamaian di tengah warga sendiri. Dalam kegiatan itu, sebanyak puluhan pendeta dari sejumlah gereja di Kabupaten Poso menunjukkan bagaimana komitmen kuat mereka secara bersama untuk semakin memperkuat peranan tokoh agama dalam menjaga keharmonisan dan kedamaian di tengah masyarakat.
Ketua Satuan Tugas (Kasatgas) II Preemtif, Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Taufik Hidayat Lamakarate menyampaikan bahwa kegiatan itu merupakan sebuah langkah konkret dalam mendukung Operasi Madagoraya 2024. Pihaknya sangat menginginkan adanya keterlibatan seluruh elemen masyarakat, termasuk para tokoh agama dan pendeta dalam upaya untuk mencegah dan menanggulangi paham radikalisme serta intoleransi di Indonesia.
Hadir pula dalam kegiatan peningkatan kemampuan tersebut, Ketua Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) Prof. Dr. KH. Zainal Abidin yang memaparkan mengenai wawasan mendalam tentang upaya secara preventif dan konstruktif dalam menangkal seluruh paham yang mampu merusak kerukunan antar umat beragama, termasuk salah satunya yang paling berbahaya yakni paham radikalisme.
Tidak bisa dipungkiri bahwa memang sangat penting kepada seluruh tokoh agama untuk bisa memiliki pemahaman secara mendalam mengenai kerukunan antar umat beragama dan juga mampu memahami bahwa perbedaan diantara masyarakat sendiri merupakan sebuah kekayaan. Dengan adanya pengetahuan yang baik mengenai hal tersebut, maka para tokoh agama dapat menjadi agen perdamaian dan toleransi di tengah masyarakat.
Sebagai informasi bahwa kegiatan peningkatan kemampuan yang dilakukan oleh para tokoh agama dengan aparat keamanan itu mencakup berbagai macam materi, seperti diantaranya dialog antaragama, pemahaman terhadap berbagai nilai kebhinnekaan, dan juga bagaimana strategi komunikasi untuk merespon adanya isu yang dapat berpotensi untuk memicu konflik.
Bukan hanya itu, namun para tokoh agama juga diberikan pelatihan keterampilan dalam mengidentifikasi adanya potensi akan paham radikalisme dan bagaimana tindakan preventif yang dapat diambil dengan cepat serta tepat untuk menangani hal tersebut agar tidak semakin menyebar dan tetap bisa terkendali.
Seluruh tokoh agama yang hadir dalam kegiatan itu menyambut dengan sangat baik bagaimana langkah inisiatif yang dilakukan oleh aparat keamanan melalui Satgas II Preemtif dan mereka semua memiliki komitmen kuat untuk mampu terus aktif berperan dalam menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas). Kemudian adanya kegiatan peningkatan kemampuan itu juga diharapkan mampu memberikan dampak secara positif dalam membangun masyarakat yang lebih toleran serta harmonis lagi.
Memang para tokoh agama dan pemimpin umat memiliki peranan yang sangat penting untuk mampu mencegah meluasnya paham intoleran, radikalisme dan terorisme. Beberapa hal yang patut untuk terus ditancapkan di dalam hati adalah dengan memperkokoh wawasan kebangsaan dan nasionalisme, karena kedua hal itu memang merupakan modal utama untuk mencegah terjadinya radikalisme dan terorisme.
Terlebih, juga menjadi hal yang sangat penting untuk terus memberikan pemahaman akan wawasan kebangsaan serta rasa nasionalisme tersebut kepada seluruh masyarakat, khususnya para generasi milenial, yang mana tugas dan peran dari para tokoh agama sendiri salah satunya juga menjadi garda terdepan untuk secara langsung bersinggungan dengan masyarakat dan menjadi tokoh panutan masyarakat.
Maka dari itu, pemahaman akan wawasan kebangsaan dan rasa nasionalisme sendiri hendaknya harus bermula dari para tokoh agama, yang kemudian akan disebarkan ke tengah masyarakat. Selain itu, dengan adanya upaya tersebut juga merupakan salah satu upaya untuk semakin mempererat rasa persatuan dan kesatuan diantara warga di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini.
Pada jaman sekarang ini, adanya kemajuan teknologi sendiri sebenarnya juga merupakan salah satu tantangan bagi kebangsaan karena mampu memunculkan berbagai macam dan dimensi akan pemahaman yang berbeda-beda di tengah masyarakat. Untuk itu, masyarakat juga hendaknya mampu mengedepankan klarifikasi dan tidak mudah percaya pada kabar yang masih belum jelas kebenarannya.
Untuk bisa mencegah penyebarluasan paham radikalisme dan intoleransi yang berujung pada tindak terorisme, maka memang sangat penting adanya sinergitas dan integrasi yang baik antara para tokoh agama sebagai garda terdepan yang bersinggungan langsung dengan masyarakat, bersama pihak aparat keamanan.
)* Penulis adalah Kontributor Jeka Media Institute