Oleh : Haikal Fathan Akbar )*
Sinergitas lintas sektor merupakan salah satu kunci paling penting untuk mewujudkan perayaan Tahun Baru 2024 menjadi jauh lebih aman, utamanya dari ancaman dan potensi gangguan yang bisa saja dilancarkan oleh kelompok beraliran radikalisme dan kemungkinan tindak terorisme.
Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Republik Indonesia (BNPT RI), Inspektur Jenderal Polisi (Irjen Pol) Ibnu Suhaendra mengungkapkan bahwa menurut hasil survei terbaru yang dilakukan oleh pihaknya bersama dengan sejumlah lembaga lintas sektoral, bahwa indeks potensi serangan terorisme di tahun 2023 terus menunjukkan penurunan hingga sekitar 56 persen jika dibandingkan dengan tahun 2022 lalu.
Meski begitu, namun bukan berarti kemudian masyarakat tidak perlu lagi untuk tetap waspada. Justru masyarakat dari semua kalangan semakin diajak untuk secara bersama-sama mampu memutus adanya rantai penyebaran paham radikal, yang mana akan bermuara pada kasus terorisme.
Maka dari itu, dalam upaya untuk mengajak seluruh masyarakat tersebut, pihak BNPT kemudian hadir secara langsung di Kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga dan mengajak kepada semua kalangan agar mampu memerangi pemahaman radikal serta terorisme.
Beberapa langkah dalam upaya untuk memerangi radikalisme dan terorisme tersebut adalah dengan cara memutus mata rantai penyebarannya, yang mana sangat penting dilakukan dengan strategi pelibatan banyak pihak.
Selama ini, pihak BNPT sendiri sama sekali tidak dapat misalnya harus bekerja sendirian demi mampu menekan akar radikalisme dan terorisme yang sedang terjadi. Untuk itu, adanya pelibatan secara multipihak menjadi hal yang sangat penting, yang mana artinya adalah juga bagaimana caranya semakin meningkatkan dan membangun sinergitas secara bersama.
Tentu saja, program akan penanggulangan masalah terorisme dan penyebaran ajaran radikal harus dilakukan dengan adanya kerja sama ataupun kolaborasi yang bisa melibatkan berbagai macam unsur sekaligus seperti pemerintah, akademisi, badan pelaku usaha, komunitas, media dan juga pelaku seni.
Diharapkan agar pihak kampus, khususnya kampus berbasis agama seperti UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta mampu menjadi garda terdepan untuk bisa menampilkan bagaimana citra dari institusi pendidikan tinggi yang bisa mencitrakan agama Islam dengan moderat, damai dan penuh akan rasa toleransi.
Di tengah adanya badai disrupsi informasi seperti sekarang ini, yang mana semakin deras dengan adanya perkembangan informasi serta teknologi, utamanya di media sosial, maka BNPT RI sangat meyakini berbagai narasi agama yang damai serta menyejukkan, termasuk dari institusi pendidikan dapat menetralisir paham radikal dan juga berbagai benih intoleransi di masyarakat.
Selain itu, kampus juga dapat mengarahkan idealisme pada hal yang positif dan juga menjadi jauh lebih kritis dalam hal berpikir sehingga tidak akan mudah untuk terjebak pada narasi adanya penyebaran paham radikalisme yang terus berupaya untuk mengajak serta mengeksploitasi ajaran agama untuk kepentingan kekerasan.
Tentu saja berbagai macam pengaruh serta ajaran yang disebarkan oleh kelompok radikal tersebut secara garis besar sangatlah bertentangan dengan adanya nilai-nilai dalam falsafah dasar negara Pancasila karena menyerukan akan anti keberagaman dan juga condong untuk anti kepada kemanusiaan.
Meski memang serangan yang digencarkan oleh para teroris telah mengalami penurunan secara fisik jika dilihat, namun gerakan tersebut masih terus aktif secara bawah tanah, yang mana bisa jadi akan menjadi lebih sulit untuk tampak di permukaan dan terselubung dalam berbagai gerakan lain.
Kelompok radikal terus saja melakukan pelatihan, perekrutan dan juga menggalang dana untuk melancarkan aksi mereka. Sehingga dengan adanya fakta tersebut, jelas bahwa segenap elemen masyarakat tentu patut untuk semakin meningkatkan kewaspadaan mereka masing-masing.
Terlebih, kini kelompok tersebut juga terus bergerilya serta bermanuver dengan memanfaatkan perkembangan arus informasi dan teknologi, yakni melalui media sosial. Sehingga sangat penting dari masyarakat berbagai sektor untuk dapat sesegera mungkin memutus mata rantai penyebaran akan radikalisme.
Di media sosial sendiri, kaum radikal dan teroris itu terus melakukan propaganda mereka dan juga mengajarkan kepada para generasi muda penerus bangsa sebagai target empuknya untuk dicuci otak sehingga para pemuda pun tidak menyadari bahwa mereka telah menjadi anti terhadap demokrasi, mereka juga menjadi anti akan keberagaman.
Anak muda dinilai cenderung masih belum stabil, karena memang masih dalam proses untuk mencari jati diri mereka. Terlebih golongan muda juga merupakan kelompok masyarakat yang sangat dekat dengan penggunaan media sosial. Hal tersebut sangatlah dimanfaatkan oleh para kelompok radikal dalam melakukan perekrutan.
Dalam rangka mewujudkan perayaan Tahun Baru 2024 mendatang dengan aman dan nyaman bagi seluruh masyarakat, maka bagaimana caranya untuk meminimalisasi adanya kemungkinan gangguan keamanan yang bisa saja dilancarkan oleh kelompok radikal dan teroris. Maka dari itu, sangat penting adanya sinergitas secara lintas sektoral.
)* Kontributor Vimedia Pratama Institute